SEKSI PD PONTREN KANTOR KEMENAG MAGETAN, SETIA DAN SABAR MELAYANI, SUKSES 2020
deskripsi gambar

Senin, 06 Mei 2019

Kultum Ramadhan


( MASIH ) BANYAK YANG BELUM MENIKMATI
PESTA  RAMADHAN
Oleh : H. Yusron Kholid

Ramadhan, ibarat sebuah pesta bagi penikmat nuansa ruhani yang syahdu, di mana amalan-amalan di dalamnya bagai sajian Ilahiyah yang lezat bagi jiwa yang lapar dan dahaga. Dan nuansa derap orang-orang yang berpuasa bagai irama hentakan musik yang mengalir menerapi jiwa menelusuri nadi dan nafas.
Pesta Ramadhan dihelat dalam tenggat sebulan dan setara dengan 29 atau 30 hari, siang dan malam. Sehingga para peserta dan penikmat pesta Ramadhan akan merasakan kepuasan ruhani di akhir Ramadhan yang membuat mereka berhati lapang, berjiwa longgar dan merasakan ringannya ruhani mereka, sehingga ringan dan cepat untuk terbang mengarungi alam malakut serta menggapai relung ilahiyyah.

Namun di tengah perhelatan pesta Ramadhan, masih banyak muslim yang belum menikmati, atau bahkan tidak menikmatinya, sehingga tidak sedikit yang enggan bergabung dengan pesta yang penuh kesyahduan ruhani itu.

Hal itu menjadi bukti nyata, bahwa undangan pesta Ramadhan hanya ditujukan kepada orang-orang beriman ( mukmin ), sebagaimana firman Alloh dalam Q.S. Al-Baqarah/ 2:183, yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, . dari ayat ini jelaslah beda antara orang muslim dan orang mukmin.

Orang yang berimanan atau disebut mukmin adalah orang yang memiliki keyakian kuat dan mendalam yang memiliki tiga unsur ; pertama: Iqroorun Bil Lisaani artinya: Ikrar dengan lisan.dan  kedua : Tashdiiqun Bil Qolbi artinya: Menyatakan benar di dalam hati terhadap apa yang diikrarkan dengan lisan.dan  unsur ketiga: Amalun Bil Arkaani” artinya: Mengamalkan dengan seluruh anggota badan.

Sedangkan orang Islam atau disebut muslim sebagaimana yang dinyatakan oleh Dr. Shalah ash-Shawy- adalah :  Orang menyerahkan diri secara mutlak kepada Alloh serta tunduk dan patuh dengan hidayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya

Dari definisi sederhana di atas dapat kita pahami bahwa kondisi beriman itu lebih berbobot dari kondisi ber-Islam, sebab orang yang beriman telah memenuhi unsur rukun iman di dalam dirinya yang menjadi pondasi dalam ber-Islam, sedangkan saat orang berislam tanpa ditopang dengan keimanan yang baik dan kokoh, akan sulit untuk menyempurnakan rukun Islam yang 5 ( lima ) karena memang belum mendapatkan bangunan pondasi iman yang baik dan kokoh.
Dari analisa sederhana di atas, dapat disimpulkan kenapa Alloh menyeru orang yang beriman dalam melaksanakan puasa, ( Q.S. al-Baqarah/2:183 ) karena orang beriman akan lebih focus dan bersemangat serta bersegera melaksanakannya, dalam rangka membangun dan mengokohkan pilar ketakwaan.
Pun dengan analisa itu, maka kita ketahui dan pahami kenapa banyak muslim yang enggan dan masih belum melaksanakan puasa sebagai salah satu rukun Islam, dan kondisi inilah yang dimaksud dengan masih banyak yang belum menikmati pesta Ramadhan, karena selain mereka tidak dapat merasakan kenikmatan pesta Ramadhan, mereka juga merasa terbebani dengannya, dikarenakan oleh pilar iman atau keyakinan yang belum mantab dan kokoh.
Agar dapat menikmati dan terlibat langsung secara emosional dari pesta yang dihelat Alloh dalam bulan Ramadhan tahun ini, dibutuhkan beberapa langkah kongkrit, sehingga nuansa Ramadhan akan membekas dalam hati, lalu menimbulkan “ rasa kehilangan “ saat Ramadhan berlalu, dan menumbuhkan “ rasa rindu “  menanti Ramadhan tahun yang akan datang.
Langkah-langkah tersebut adalah : Pertama : Mengokohkan keimanan bahwa perintah Alloh harus dikerjakan,, karena setiap perintah memang mermakna untuk ditaati, sebagai implementasi ketakwaan. Dan langkah ini tentu tidak hanya meyakini dengan hati saja, namun harus diteruskan dengan ikrar lisan dan pembuktian dengan kegiatan nyata, atau amalun bil-arkaan.
Kedua : Melaksanakan syari’at di bulan Ramadhan, dalam hal ini yang berkaitan dengan rukun Islam adalah shiyam ( puasa ), yang dalam kerangka syari’at disebutkan definisinya sebagai : “ menahan diri dari makan, minum dan berkumpul ( jimak ) mulai terbit fajar shadiq sampai terbenam matahari ( maghrib ). Serta amalan sunnah lainnya yang sungguh amat banyak, seperti : ifthar, sahur, membaca al-Qur’an, Tarawih dan lainnya.
Dengan melaksanakan rangkaian amalan syari’at di bulan Ramadhan belum menjamin kesempurnaan rasa jiwa dalam merasakan ingar-bingar pesta Ramadhan, karena amalan dalam kerangka syari’at belum membuahkan kenikmatan ruhani, dan dia hanya menyentuh beban fisik, seperti lapar dan dahaga, hal ini diperingatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang artinya : Berapa banyak orang yang berpuasa, ( tapi mereka tidak mendapatkan pahala dari puasanya) ,kecuali lapar dan dahaga “
Itu artinya banyak orang berpuasa yang tidak dapat mencapai puncak kenikmatan berpuasa, kecuali hanya merasakan lapar dan dahaga sepanjang siang, dan ini yang oleh sebagian ulama dikategorikan sebagai “ puasanya orang awam “
Untuk merasakan pesta Ramadhan secara all-out semestinya diupayakan menaikkan level ke tahap berikutnya, adalah :
  Ketiga : Memasukkan unsur ihsan dalam amaliyah Ramadhan, sebagaimana yang jamak dipahami bahwa pengertian ihsan sebagaimana dijelaskan dalam hadits, yang artinya: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, maka bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim)
Sehingga pelaksanaan ibadah dalam Ramadhan bukan hanya berdasar keyakinan ( iman ) atau hanya dengan Syari’at ( Islam ) namun ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, yakni menurut para ulama adalah level khowas ( istimewa ), atau dengan kata lain, selain menjalankan dengan penuh keimanan serta dalam koridor syari’at fiqih, juga ditambah kepada nilai yang lebih tinggi, yaitu nilai ihsan.
Dalam pemahaman langkah ini adalah, selain menehan diri dari makan, minum dan jima’ sejak fajar hingga maghrib juga ditambah dengan mem-puasakan indera ; mata, telinga, lisan, hidung dan kulit ( rasa ), dan itulah nanti yang mendongkrak nilai amaliyah Ramadhan menjadi pesta ruhani selama bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam hadtis, bahwa ada 5 hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, yakni kidzib                  ( bohong ), namimah ( adu domba ), ghibah ( menggunjing ) yamiinul-fajiroh ( sumpah palsu ) dan nadzoru bis-syahwah ( melihat dengan sahwat/nafsu )
Dengan demikian, maka pesta Ramadhan akan menjadi amaliyah bermakna, berkesan dan menumbuhkan rasa suka, dan di kemudian tentulah akan tumbuh rasa rindu.
Semoga kita termasuk hamba Alloh yang bisa menikmati pesta Ramadhan, dan menyukai serta merindukannya, aamiin



0 komentar:

Posting Komentar